Minggu, 28 Desember 2008

Menggantungkan Keberlangsungan Gerakan Mahasiswa

Oleh Bhakti Eko Nugroho[1]

Aksi massa membutuhkan pemimpin yang revolusioner, cerdas, tangkas, sabar, dan cepat...

Pemimpin itu haruslah pandai bersemboyan

yang menyemangatkan rakyat

sehingga mengubah ‘kemauan massa’ menjadi ‘tindakan massa’

-Tan Malaka-

Eko Prasetyo mengatakan bahwa apa yang disampaian oleh Tan Malaka tersebut merupakan pokok tugas dan peran seorang yang menyandang gelar intelektual-mahasiswa. Kombinasi antara kecerdasan, kesabaran, dan semangat revolusioner merupakan ramuan menarik yang dapat menggerakan sebuah ‘kemauan massa’ menjadi suatu ‘tindakan massa’. Kembali hal ini merupakan tugas penting intelektual-mahasiswa, yaitu menciptakan dan mendorong suatu gerakan sosial yang besar untuk menumbangkan satu tatanan yang tidak sejalan dengan hati nurani dan tidak berpihak kepada kepentingan massa rakyat. Hal ini sejatinya telah banyak dilakukan oleh berbagai gerakan intelektual-mahasiswa diberbagai tempat di dunia. Tahun 1956 kaum intelektual-mahasiswa di Hungaria menuntut kedaulutan negara melalui satu gerakan bernama demonstrasi. Kemerdekaan pun diraih meski 100.000 mahasiswa Hungaria menjadi korban pembantaian massal tentara merah. Di Kuba, Intelektual-mahasiswa –termasuk Che Guevara- berhasil membangun kepercayaan kaum petani untuk bersama-sama mereka menumbangkan rezim tiran Batista. Tahun 1964 di Sudan, pemerintahan tiran jenderal Abboud harus digoyahkan oleh lagi-lagi gerakan intelektual-mahasiswa. Di Indonesia-pun tak jauh beda. Kegagahan perjuangan mahasiswa Indonesia di beberapa kurun dalam menumbangkan rezim (’66-‘74-’98) seperti dalam film Gie, menjadi doktrin efektif para senior dalam menunjukan ‘begitulah’ seharusnya mahasiswa.

Begitulah kiranya model gerakan ideal intelektual-mahasiswa versi Tan Malaka; yaitu mendorong dan menjadi katalisator terciptanya suatu gerakan sosial. Namun gerakan sosial yang ada tidaklah sekali saja ia meletup. Ada serangkaian proses panjang di balik semua gerakan besar yang telah dilakukan; yaitu diskursus dan dialektika yang merupakan proses ideologisasi dan menjadi bahan bakar utama suatu gerakan intelektual-mahasiswa. Kini, dengan keadaan yang tak jauh berbeda di Indonesia hari ini, dengan konteks situasi suatu gerakan-gerakan besar telah dilakukan –yaitu keadaan yang sama-sama terdapat penindas dan ketertindasan, ketidakadilan, kesewenangan- sudahkah BEM FISIP UI melakukan sesuatu yang akan mendorong terciptanya suatu perubahan sosial?

Gerakan di FISIP; dari Era ‘senat’ hingga era ‘BEM’

Mahfudz Sidiq memberikan klasifikasi gerakan mahasiswa kedalam empat bentuk aktivitas; yaitu kelompok studi (aktivitas keilmuan), penerbitan mahasiswa (aktivitas jurnalisme), LSM (aktivitas pengembangan masyarakat), dan Komite Aksi (aktivitas jalanan). Dengan meminjam klasifikasi Mahfudz Sidiq tersebut, penulis mencoba menganalisa aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan lembaga eksekutif FISIP sejak dua tahun kepengurusan terakhir –yaitu era kepengurusan Fauzan Zidni tahun 2006-2007 (masih bernama Senat) dan era kepengurusan Adi Nugroho, tahun 2007-2008. Penulis mencoba melihat bagaimana keempat model aktivitas mahasiswa tersebut coba ditekuni oleh BEM FISIP. Hal ini dilakukan penulis dalam rangka melakukan evaluasi aktivitas-aktivitas BEM FISIP manakah yang kiranya berdampak bagi lahirnya suatu perubahan sosial, dan aktivitas BEM FISIP manakah yang kiranya memunculkan hal sebaliknya. Terkait dengan mengapa harus dua tahun kepengurusan yang dievaluasi (era Zidni dan era Adhi), pertama ialah dua tahun kepengurusan BEM FISIP sebelumnya belum terpisahkan oleh batas waktu yang lama. Sehingga banyak hal yang masih dapat di kontekstualisasikan dengan hal-hal yang kiranya akan ditemui dalam kepengurusan BEM tahun ini. Kedua, penulis melihat dan mengalami langsung berjalanannya dua ‘rezim’ tersebut.

Aktivitas Keilmuan

Aktivitas Keilmuan selayaknya memang tak lepas dari kehidupan kemahasiswaan. Massa NKK/BKK, aktivitas keilmuan menjadi hal yang sangat digeluti. Di Jakarta terdapat Kelompok Studi Proklamasi dan Lingkar Studi Realita. Di Bandung terdapat Kelompok Studi Fokal. Kelompok-kelompok studi pun banyak muncul di kota-kota lainnya seperti Yogyakarta, Bogor, Ujung Pandang dan lain-lain. Fokus dari model aktivitas ini ialah tak hanya menciptakan nuansa keilmuan dalam aktivitas mahasiswa, tetapi bagaimana mahasiswa menggunakan kendaraan intelektual yang dimilikinya dalam membangun suatu kesadaran politik. Gerakan-gerakan model ini, oleh Fajroel Rahman dianggap sebagai suatu sumbangan terpenting dalam suatu gerakan. Gerakan-gerakan besar yang dilakukan mahasiswa tahun 1974 (Malari) dan 1978, besar dipengaruhi oleh aktivitas ini.

Baik ‘Senat Mahasiswa yang dipimpin Zidni’ maupun ‘BEM yang diketuai Adhi’, keduanya telah berupaya mencoba menghadirkan aktivitas keilmuan dalam kepengurusan mereka. Tolak ukur utama yang dapat dilihat ialah adanya Departemen Keilmuan di dua kepengurusan tersebut. Bentuk keberpihakan Zidni terhadap bidang ini ialah dengan membuat satu parade perlombaan ilmiah, yang kemudian di beri nama LIMAS (Lomba Ilmiah Mahasiswa) FISIP UI. Dengan antusiasme yang baik dari mahasiswa FISIP, kegiatan serupa dilanjutkan pada masa Adhi Nugroho. Pada kepengurusan Adhi ini, LIMAS FISIP UI terpilih menjadi program kerja terbaik se UI. Banyak hal positif yang didapat dengan hadirnya kegiatan ini pertama memicu semangat intelektual mahasiswa FISIP untuk terlibat dalam aktivitas penelitian, penulisan, dan kegiatan ilmiah lain. Kedua, nuansa Kompetisi Ilmiah terbangun di FISIP UI. Diskusi-diskusi ilmiah dan teori tidak lagi menjadi deretan kata-kata yang dihafalkan mahasiswa sebatas untuk kepentingan ujian dan nilai, melainkan muncul semangat kreativitas mahasiswa FISIP untuk menyumbangkan gagasan-gagasan mereka. Dalam era BEM ADI, nuansa keilmuan lebih terbangun dengan dibuatnya satu program bernama ‘BLITZ’. Program ini bersifat temporal dan mempublikasikan tulisan-tulisan ilmiah mahasiswa berdasarkan jurusan setiap bulannya.

Namun terdapat satu hal yang penulis anggap menjadi satu point kekurangan dalam aktivitas keilmuan di kedua kepengurusan tersebut. Satu kekurangan ini bukan berarti mereduksi sama sekali manfaat yang ada dari hadirnya Departemen Keilmuan di dua kepengurusan tersebut. Point kurang tersebut ialah manakala aktivitas-aktivitas intelektual yang dilakukan tidak mendorong kelahiran suatu gerakan sosial. Dalam bahasa lain, aktivitas keilmuan yang dilakukan di dua kepengurusan tersebut masih sebatas aktivitas ‘penuansaan’ dan belum menjadikan aktivitas keilmuan dan intelektualitas ini sebagai wahana pembangunan kesadaran politik mahasiswa dan belum pula menjadi satu riak yang mengatalisasi munculnya gerakan.

Tidak berimplikasinya aktivitas ilmiah pada gerakan didua kepengurusan tersebut terlihat dalam hal sebagai berikut. Senat Mahasiswa Kepengurusan Zidni merupakan satu-satunya Lembaga Eksekutif di UI yang paling sering menolak mendukung demonstrasi yang dilakukan oleh BEM UI yang merupakan hasil keputusan ‘CEM’. Pada era kepengurusan Adhi Nugroho, inefektivitas aktivitas ilmiah dan ketidakterkaitan bagi terciptanya gerakan perubahan sosial, terlihat manakala dalam prosesi kegiatan LIMAS tersebut diundang Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Jika mencermati betul konteks gerakan waktu itu, mahasiswa UI tengah membangun kekuatan dengan mengadakan berbagai kajian dan konferensi pematangan issu yang nantinya akan disampaikan kepada pemerintah pada satu dasawarsa Reformasi. Diundangnya Wapres RI ke FISIP UI merupakan bentuk inkonsistensi gerakan, disatu sisi mahasiswa UI ‘memasang badan’ dengan pemerintah, disisi lain, mahasiswa UI mengundang pemerintah bahkan dengan penyambutan yang berlebihan.

Aktivitas Jurnalisme

Di era 1980-an, aktivitas-aktivitas jurnalisme banyak dilakukan dibawah koordinasi lembaga formal kemahasiswaan (ex; senat fakultas). Universitas Indonesia memiliki Warta UI, kemudian Universitas Nasional memiliki Politika. ITB Bandung memiliki Ganesha. Hanya saja semakin kekinian aktivitas-aktivitas jurnalisme tersebut memisahkan diri dari lembaga formal kemahasiswaan. Di UI misalnya, aktivitas jurnalisme merupakan unit kegiatan tersendiri yang terpisah dari lembaga formal kemahasiswaan seperti Senat atau BEM. Aktivitas-aktivitas jurnalisme ini pada dasarnya gerakan itu sendiri. Pokoknya ada manakala ia mampu mengangkat dan merekam suatu masalah dan kesedihan sosial, mengungkapkan kepermukaan, dan menyuarakan. Hal ini merupakan bekal bagi keberlangsungan suatu gerakan. Propaganda dan agitasi yang berawal dari kajian-kajian gerakan juga akan disampaikan melalui aktivitas ini.

BEM FISIP UI di dua kepengurusan terakhir tidak memiliki concern khusus. Keberadaan bidang kehumasan masih sebatas diperuntukan sebagai media komunikasi bagi kepentingan BEM itu sendiri. Buletin-buletin yang diterbitkan oleh kepengurusan Zidni dan Adhi sebatas berupaya menjadi jembatan komunikasi antara lembaga dengan mahasiswa. Hal ini tentunya bukan suatu kesalahan. Peran jurnalisme memang lebih efektif jika dilakukan dengan suatu unit otonom. Pada masa Fauzan Zidni, aktivitas jurnalisme di FISIP dilakukan oleh Badan Otonom FISIPERS. Di akhir kepengurusan Adhi, aktivitas jurnalisme semakin banyak bermunculan. Kawan-kawan di jurusan Komunikasi FISIP UI menerbitkan Koran FISIP. Kawan-kawan FISIP lainnya meluncurkan ICOM (Radio FISIP).

Hemat penulis, peran jurnalisme ini tidak lah perlu mendapat prioritas dari BEM FISIP, dalam arti meminimalisasi peran-peran teknis. Kehadiran unit-unit otonom tersebut merupakan elemen efektif yang akan menjadi instrumen dalam membangun gerakan propaganda. Sebab itulah, konsolidasi antara BEM dan unit jurnalisme mahasiswa yang berorientasikan pada pembangunan dan penyamaan emosi, dalam kerangka melakukan perubahan sosial, mutlak diperlukan. Bagaimana cara merangkul unit-unit otonom tersebut, kiranya itulah tugas BEM FISIP UI kedepan.

Aktivitas LSM

Aktivitas LSM merupakan wahana mahasiswa yang lebih memilih bergerak melalui jalur praktis. Perbedaan mendasar dengan aktivitas-aktivitas keilmuan ialah aktivitas keilmuan lebih merupakan wahana intelectual exercise, sementara aktivitas LSM lebih merupakan intelectual practic. Aktivitas LSM juga merupakan instrumen penting dalam sebuah gerakan. Disinilah letak mahasiswa menjawab kritik yang biasa dilemparkan kepada mahasiswa; ‘hanya bisa demo’. Aktivitas mahasiswa ini merupakan aktivitas yang bersentuhan langsung dengan massa rakyat dan secara intim terlibat dengan pemenuhan kebutuhan masaa rakyat. Interaksi langsung dengan kesusahan massa rakyat, akan semakin memperkenalkan bangsa ini dengan segenap permasalahannya kepada mahasiswa. Maka aktivitas Ini merupakan gerakan sosial itu sendiri Bentuk-bentuk dari aktivitas ini ialah diawali dengan aktivitas-aktivitas comunity development. Belakangan, aktivitas-aktivitas LSM yang dilakukan mahasiswa telah semakin banyak dilakukan oleh gerakan mahasiswa, baik gerakan intrakampus maunpun ekstrakampus. Pendampingan perolehan hak atas tanah, pembuatan perpustakaan bagi masyarakat, gerakan pemberantasan buta huruf, pengembangan kewirausahaan, dan lain-lain merupakan bentuk lain dari aktivitas LSM.

BEM FISIP telah melakukan aktivitas LSM ini di dua kepengurusan terakhir. Bentuk-bentuk aktivitas LSM yang telah dilakukan ialah;

i. Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa

Advokasi dan pendampingan mahasiswa baru dalam memperoleh keringan biaya pendidikan telah sangat baik dilakukan baik oleh Senat Mahasiswa Fauzan Zidni, Maupun BEM FISIP Adhi Nugroho. Banyak kawan saya yang menyatakan sangat merasa terbantu dengan kehadiran aktivitas BEM dibidang ini. Dengan munculnya sistem baru soal keringanan biaya pendidikan di UI yang baru-baru ini dikeluarkan, kehadiran bidang ini (Departemen Kesejahteraan Mahasiswa) pada kepengurusan ini sangat dibutuhkan. Pemahaman yang matang akan sistem baru disokong dengan soliditas internal pengurus BEM pada departemen terkait akan membawa BEM FISIP UI menjadi bagian yang secara praksis menyelesaikan dan menyokong kebutuhan masyarakat.

ii. Kampanye Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup menjadi fenomena baru dalam aktivitas kemahasiswaan. Jika yang giat melakukan sebelumnya ialah LSM-LSM seperti Greenpeace, WALHI, dan lain-lain, maka kini aktivitas tersebut telah biasa dilakukan oleh aktivis mahasiswa di BEM FISIP UI. Upaya ini dilakukan dalam rangka kampanye mengenai perlindungan hutan dari aktivitas-aktivitas pengrusakan. Fauzan Zidni secara konkrit telah melakukan ini dengan membentuk satu kegiatan bernama,..... sementara kepengurusan Adhi Nugroho menggagas kampanye lingkungan berbalut musik dan dikenal dengan Trifor (a Tribute to Forest)

Pesan-pesan seputar kepedulian lingkungan yang disampaikan dapat dirasakan efektivitasnya. Slogan-slogan Use Papers Wisely, Change Habit or Change Climate, dan lain-lain merupakan semboyan yang banyak dipraktikan oleh mahasiswa FISIP. Yang perlu dilengkapiadalah belum adanya kurikulum dan targetan-targetan konkrit yang dicapai sebagai follow-up kegiatan tersebut. Seringkali kampanye selesai manakala event telah selesai diselenggarakan. Aktivitas LSM yang digeluti mahasiswa sejatinya menjadi aktivitas yang memiliki kontinuitas dan platform yang pasti. Upaya konkrit dan terarah perlu kembali diulang dalam kepengurusan kedepan.

iii. Comunity Development

Komite Aksi

Kehadiran aktivitas mahasiswa dengan bentuk gerakan dalam bentuk komunitas aksi merupakan upaya melengkapi sebuah kewajiban gerakan. Aktivitas keilmuan dan LSM dirasa tidak cukup membawa perubahan terhadap kompleksitas permasalahan yang ditemui. Disinilah kesadaran mahasiswa untuk memosisikan dirinya sebagai oposisi rezim yang tidak berpihak kepada kepentingan massa rakyat mulai dibangun. Bentuknya sederhana dan tradisional, tapi berkhasiat; yaitu kegiatan ‘parlemen jalanan’ (baca: demonstrasi). Komite aksi ditemui disetiap gerakan mahasiswa, baik intra maupun eksrakampus. Komite aksi yang cukup dikenal dan menyejarah hingga hari ini adalah komite aksi gabugan dari berbagai gerakan mahasiswa baik intra maupun ekstra kampus (Senat Mahasiswa, HMI, PMKRI, GMNI, dll) pada tahun 1965-1966 yang dikenal dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. Adi Suryadi Culla menjelaskan bahwa pembentukan komite-komita aksi akan efektif manakala ia bersifat sporadis dan temporal.

Fauzan Zidni memiliki Departemen yang terkait dengan komite aksi. Namun aktivitas-aktivitas penyadaran, propaganda, dan pembangunan opini tidak tercapai dengan baik pada masa ini. Senat Mahasiswa FISIP UI malah seringkali tidak mendukung aksi-aksi yang dilakukan oleh BEM UI. Sepinya nuansa dan kemauan bergerak dari Senat Mahasiswa pada waktu itu memicu munculnya komite-komite aksi informal di FISIP UI (seperti GSO). Era kepemimpian Adhi Nugroho di FISIP menunjukan satu progress yang lebih baik. Departemen Kastrat yang dimilikinya lebih bergairah dan dinamis dibandingkan sebelumnya. Dilahirkannya ‘SIAGA’ dari rahim BEM FISIP merupakan capaian yang baik. Satu keunikan lain ialah dalam ‘aksi Tugu Rakyat’ pada 12 Mei 2008 lalu, massa aksi dari FISIP mencapai lebih dari 105 orang, dan merupakan massa aksi terbanyak dibanding massa UI dari Fakultas lain.

Bagaimana BEM hari ini dan esok

Jika kita membaca kepengurusan lembaga eksekutif di dua tahun terakhir, maka kita akan menemui bahwa aktivitas-aktivitas tersebut telah mengarah pada aktivitas yang akan menjadi katalisator perubahan sosial. Permasalahannya adalah adalah kedua ‘rezim’ kepengurusan tersebut belum secara sadar memahami bahwa aktivitas yang dilakukannya sebagai bagian dari perubahan sosial. Keberhasilan suatu acara atau kegiatan seringkali dinilai dengan berapa jumlah yang hadir, artis dan pejabat mana yang diundang, serta banyaknya media partner. Esensi keberhasilan dari suatu gerakan intelektual-mahasiswa seharusnya diukur bukan pada hal diatas, tapi sejauhmana ia memiliki basis pemahaman yang jelas atas apa yang ia lakukan, arah, dan konsisten.

Yang diperlukan kini adalah ideologisasi. Ideologisasi satu lembaga prestisius bernama BEM FISIP UI, mutlak diperlukan sebagai panajaman basis pemahaman mengenai tujuan dan arah dari apa yang akan dilakukan. Hal ini akan mereduksi aktivitas-aktivitas yang kontraproduktif dengan lahirnya satu perubahan sosial. Ideologisasi BEM FISIP merupakan gerakan penyadaran yang memantapkan posisi lembaga sebagai bagian yang pro-perubahan sosial secara mendasar, berupaya terus ‘bertanya’ tentang keadilan sistem sosial dan struktur masyarakat yang mengangkang saat ini. Lahirnya ideologisasi akan menjadikan BEM FISIP UI menjadi satu bagian penting dari gerakan sosial yang kini tengah dibangun di setiap bumi tercinta Indonesia, Asia, dan seluruh dunia. Ketidakadilan, kesewenangan, kolonialisme dalam berbagai bentuk, kini teramat sukar kita robohkan. Musuh intelektual-mahasiswa adalah kekuatan yang gagah dan besar. Intelektual-mahasiswa yang terikat dalam BEM FISIP UI memerlukan suatu pemahaman yang dalam atas masalah apa yang sedang terjadi, gagasan yang tajam, dan pengetahuan yang luas. Nantinya akan membawa pada keyakinan bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam setiap kepengurusan BEM FISIP kedepan merupakan bagian yang penting dalam lahirnya mimpi klasik namun abadi bernama perubahan.

Bukan zamannya lagi FISIP disibukan dengan aktivitas yang hanya berorientasi pada kebutuhan lokal; tanpa orientasi dan tujuan besar. Apa lagi melakukan pembedaan lingkungan kultur-afeksional. Meminjam puisi Wijhi Tukul; “Biarkan kami menjalankan kekuasaan kami..Tontonlah..Tempatmu disitu...”. Zaman ini adalah milik kita, kekuasaan kita. Biarlah intelektual-mahasiswa pendahulu kita yang kini telah dibunuh atau kini telah menajadi pejabat dan pengkhianat menyaksikan kesungguhan kita. Biarkan pula kita menjadi contoh baik yang akan dikenang dan diikuti oleh intelektual-mahasiswa di FISIP UI dan dimanapun dikemudian hari. Benar apa yang dikatakan Soe Hok Gie, ‘hanya mahasiswa yang berani menuntut haknya pantas diberi keadilan. kalau mahasiswa-mahasiswa Indonesia tidak berani menuntut haknya, biarlah sampai akhir zaman ia ditindas oleh dosen korup mereka!”. Kini kugantungkan cita-cita, mimpi, dan keyakinan akan lahirnya perubahan besar pada BEM FISIP UI...(BE)



[1] Peserta ‘Open Tender Ketua Departemen Kastrat BEM FISIP UI’, mshssiswa Departemen Kriminologi FISIP UI angkatan 2006

1 komentar:

  1. salam kenal mas bhakti...
    trus semangat, dan semangati orang2 di sekitar...
    pasti bisa !

    boy, ft03

    BalasHapus