Pada mulanya, aku termasuk manusia yang tidak percaya akan adanya teman sejati.
Setiap kawan,
Semua orang,
Selalu saja memiliki cela di hadapanku...
Tak sekali aku merasakan kehampaan dalam hidup
Tak sekali aku merasa sendiri, berjalan menuju arah yang tak ku kenal
Tak sekali aku harus berbalik arah, karena jalan yang kutempuh bukan menuju tempat yang harus
Tapi tak sekali pula
Udara yang berhembus mengusir kehampaan adalah kau
Jarum kompas penunjuk arah adalah nasihatmu
Air pelepas dahaga adalah dari botol minum yang kau punya
Bukan salahmu kini, yang kusesali,
Bukan kurangmu kini, yang kubenci
Sabtu malam di Maret Akhir ini
Aku merasakan betapa pahitnya ternyata, kenangan manis
Sabtu malam ini,
Aku rindu canda dan salah kita
Aku ingin lelah dan tawa kita
Aku damba sombong cemas kita
Aku ingin ulangi kesalahan kita, dan kita pun berkata bak anak muda bijak, ambil hikmahnya saja kawan....
Aku malu padamu kawan,
Ini aku dengan kesombongan dan kehinaan
Ini aku dengan sebanyak-banyaknya kesalahan
Berharap yang terbaik untuk kita
Jika berjalan bersama dapat menjadikan kita manusia pilihan Allah, maka kuharap kita kan bersama,
sebagaimana kebersamaan kita di puncak Lawu, di lembah Surya Kencana, di teras rumahku....
Jika melangkah bersama dapat membuat kita menjadi bagian dari kafilah penegak haq, maka kuharap kita kan kuat,
Sekuat tekad kita saat menyisihkan uang saku untuk membuat propaganda perlawanan, sekuat ketegaran kita saat bangkit kembali dari kealpaan dan kebodohan yang kita-lah arsiteknya...
Terkadang kemanusiaanlah yang tidak memanusiakan kita, sehingga ke-saya-an mengalahkan ke-kita-an...
Ambisi diri membunuh konsensus
Dan cinta palsu mengkhianati kebersamaan
Kini aku paham, bahwa ada kesejatian seorang kawan...
Setidaknya aku yang akan mencoba
Ya allah...kuatkanlah pertalian hati diantara kami, dan berikan kami cahayamu yang mematikan kesombongan kami.
Depok-ku, 29 Maret 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar